Removed

My blog has moved!

You will be automatically redirected to the new address. If that does not occur, visit
http://myjourneystories.com
and update your bookmarks.

Pages

Wednesday, December 14, 2011

Hasil Terjemahan Mandarin "爸爸妈妈,我爱你!"



爸爸妈妈,我爱你!



经文:以弗所书六章14
      亲爱的弟兄姐妹,请问你有没有对你的父母亲说过“我爱你”?你有没有给过你父母一个拥抱?
我还在念幼稚园的时候,学校老师教我们了一首孝亲节的歌,直到现在我还记得歌词:
妈妈在家真辛苦,煮饭扫地洗衣服;
一天到晚没有休息,晚上还要缝衣服。
今天是孝亲节,我唱我爱妈妈歌;
双手献上一朵鲜花,我让妈妈真快乐。
爸爸工作真辛苦,风吹日晒还雨淋;
一天到晚没有休息,晚上还要加夜班。
今天是孝亲节,我唱我爱爸爸歌;
献上一个深情拥抱,说声爸爸我爱你。
虽然那个时候学了这首歌,在孝亲节唱给父母听,是让父母感到很快乐。但是在我的成长过程中,却是让父母伤心的。因为我的成长中充满了叛逆,在我的思想中,有永不向父母妥协的信念。我一直认为这就是现时代青少年应有的作风,同时也觉得很威风。直到我念了这段经文,我才知道原来我错了,并且错的很离谱。
这段经文记载在以佛所书六章14节。请大家翻开新约圣经,衣服所书六章14节。翻到了请听我宣读上帝的话语。
1你们作儿女的,要在主里听从父母,这是理所当然的。23要孝敬父母,使你得福,在世长寿。这是第一条带应许的戒命。4你们作父亲的,不要惹儿女的气,只要照着主的教训和警戒养育他们。

以弗所书的作者是使徒保罗。保罗在公元62-64年期间,在罗马监狱中完成这一封信。保罗在以弗所书五章2233节开始讲述夫妻之间的关系,在六章14节教导儿女与父母之间的关系,在六章59节则是教导仆人与主人之间的关系。而今天,我们则专注来看以弗所书六章14节,看看使徒保罗是如何教导我们,儿女与父母之间的关系。
以弗所书六章1节这样说到,「你们作儿女的,要在主里听从父母,这是理所当然的。」保罗首先教导作儿女的要听从父母,这里的「听从」含有愿意倾听,及顺服命令的意思。保罗不但要我们愿意倾听,及顺服父母的命令,他还在这里加上「要在主里」。「在主里」是顺服的本质,保罗就是要我们在这样的因素和范畴中顺服我们的父母。而「要在主里听从父母」有几个要点:(1)因爱主、敬畏主而听从父母;(2)与主合一,靠着主的力量来听从父母;(3)照着主的意思来听从父母;若父母命令儿女作违背主旨的事(如犯罪)时,则不可盲从。然而,值得我们注意的是,「父母」在希腊文原文里是一个字,所以我们要把父母当作一位来听从,不可以只听从爸爸而不听从妈妈,或只听从妈妈而不听从爸爸。保罗在这句子的最后加上「这是理所当然的」,这表示我们作儿女的听从父母,不独是圣经的教训,就是按人的常理来说,也是应该的。
亲爱的弟兄姐妹,父母不但生育我们,还辛辛苦苦的养育我们,我们为人儿女的听从、顺服,即孝敬父母是我们应尽的本份。我们华人传统最重视的就是“孝”字,所以我们有很多有关孝敬父母的故事,而这些故事都成为我们华人的美德。但是,如果你稍微注意的话,你可以发现这些美德已经渐渐的流失在我们现今的社会中。我们可以看到,现今社会被遗弃的老人是越来越多,而老人院也越来越多。我记得我来坤甸的第一天,我是乘搭飞机,我在机上遇见一位会说中文的老先生。我很高兴遇到会说中文人,但当那位老先生知道我是基督徒,马上就跟我辩论起来。他说,基督教不是一个好的宗教,因为基督教不给我们向死去的父母上香,阻止我们孝敬我们的父母。亲爱的弟兄姐妹,你怎么说?我对这位老先生说,其实基督教的教导一直以来都强调要孝敬父母,但是我们不是要等父母死去之后才孝敬,而是在父母还活着的时候就要孝敬父母。那位老先生看着我,久久答不出话来,最后还是说一句,基督教不是一个好宗教。
亲爱的弟兄姐妹,孝敬父母本是我们儿女应当行的。但是,若在父母生前没有好好对待父母,在父母死后才上香烧一大堆东西给父母,那个不叫孝敬。孝敬父母不是你有给父母饭吃,给父母钱花,但是你却没有关心过他们。我曾经听过这样的一则故事:一个老人家,他有三个孩子。这老人家辛辛苦苦的工作,省吃俭用,将孩子养大,供孩子念书。三个孩子大学毕业了,都找到薪水高的工作,并且也结了婚。孩子结了婚之后,都搬离父亲的家。三个孩子每一个月都回家看父亲一次,买了大包小包的东西给父亲,并给父亲一笔可观的生活费。但父亲快乐吗?每次孩子们来,父亲只是静静的坐在那里,看着孩子们匆匆把东西放下,给了他一笔钱,然后匆匆地走了。直到有一天,孩子们接到警察局打来的电话,才知道父亲已经死了。让人更难过的是,他们在搬运这老人家的尸体时,才发现这老人家的身体住了一窝的蚂蚁。孩子们在葬礼之后处理父亲的遗物时,才发现原来每次他们送给父亲的钱,及东西,父亲从没用过。老人家需要的不是钱,他需要的孩子们对他的关心。
这是一则很悲伤的故事,却是真实的故事。我们基督教虽然不许可我们向死去的父母上香,但是圣经却是非常注重儿女孝敬父母的教导。我们接着看以弗所书六章23节,「要孝敬父母,使你得福,在世长寿。这是第一条带应许的戒命。」神在西乃山上所颁布的十诫,前面四诫讲的是人与神的关系,而后面六诫则是讲到人与人的关系。而十诫中的第五条诫命,「当孝敬父母」,则是排在人与人的关系的第一条诫命。由此可见,神是如此的重视我们对父母的态度。不但如此,孝敬父母这条诫命,也是人际关系中唯一带着应许的诫命。孝敬父母是带进祝福的路,使我们在今世有福且长寿。同样的不孝敬父母的人,结果是带进咒诅与短命。「得福」不单是指物质上的祝福,它也是指使人活在一个平安的光景里。「得福」带进「长寿」,孝敬父母的人在神的祝福之下,可以延长寿命,因为这样的人能做到自制、心思清明,这些都可以帮助延长他的寿命。
作为儿女的应当孝敬父母,因为儿女是出于父母,父母是儿女的源头。而身为基督徒的我们,都是神的儿女。而神是我们的源头,是我们在天上的父亲。当然,我们不但要孝敬我们肉身的父母,我们更是要孝敬我们在天上的父。而我们要如何孝敬我们的天父呢?唯一的方法就是遵行天父的旨意行,这就是我们对天父的孝敬了。如果,我们说我爱神,但是却不孝敬,不体谅我们的父母,这并不是孝敬神。没有一个不孝敬父母的人,能在天父面前做一个好儿女。我们孝敬我们的父母,必定讨神的喜悦,蒙神的祝福。
孝敬父母是我们做儿女的本分,但使徒保罗在这里也提及一件非常重要的事,请看以弗所书六章4节,「你们作父亲的,不要惹儿女的气,只要照着主的教训和警戒养育他们。」使徒保罗不但劝诫做儿女的要孝敬父母,同样的也劝诫做父母的要如何管教儿女。父母与儿女之间的关系是双方面的,不是只是一方的努力。这里说到,「作父亲的不要惹儿女的气」惹和气指的是激动,发怒。做父母的若过分的严厉、不合理或偏心的管教,就会惹儿女的气,让儿女心里不顺服父母。保罗在这里劝导父母的父母到女非常重要上的父亲。喜悦,们要如何孝敬我们的天父呢?如果「只要照着主的教训和警戒,」教训是指知识方面的管教,警戒则是用话语来纠正、约束、警告儿女。保罗在这里的意思便是要父母用主的教导和警戒,来教训并警戒儿女,及跟随主的引导来教训和警戒及养育儿女。
做父母在管教儿女上常会出现两个极端,不是太严厉,就是太宠溺。做父母的都会有望子成龙,望女成凤,所以就会安排一大推的补习,或是才艺班。做父母的有心要儿女学好,但是常常却无心成为反效果。这反效果有两方面:造成儿女极大的压力,许多孩子因承受不了压力而自杀;另一方面则是造成孩子极大的叛逆。我还没为人父母,但是我却有一个谈婚论嫁的男朋友。我记得有一次我们在谈及我们的未来时,谈到我们要如何教育我们的孩子。因为我们两个人的家庭教育不同,所以想法也有些不同。当然,我也是希望我的孩子在学业上有一番作为。但我的男朋友那时却说了一番令我印象深刻的话,他说:“如果我们的孩子拿九十八分,我们都会说‘为什么只拿九十八分?’我们的眼里只看到那拿不到的两分,却看不到孩子努力考回来的九十八分。”我的男朋友这番话给我很大的反思,也可以想象到以后我们的孩子喜欢爸爸多一点还是喜欢妈妈多一点。
所以,当父母管教孩子的态度苛刻和严厉是,反而会使孩子们顽梗,损毁孩子们的孝心。而温和的态度则会使子女们孝敬父母,并使他们乐意顺从。但是,温和的态度并不是宠溺,或是缺少管教。宠溺的态度是对子女非常的宠爱,子女要什么,父母就给什么,当子女犯错时,也从不责备。缺少管教对子女的行为不大理会,子女有没有回家,或是几点回家父母都无所谓。子女在外面做些什么,交些什么朋友,父母也不知道。而不论是宠溺或缺少管教都会使子女们堕落。
因此,保罗教导父母要照着「主的教训和警戒」来管教儿女。教训和纠正子女是应以圣经为依归。在主里教养儿女,这是父母不能放弃的属灵责任。作父母的要以主的话来教导儿女,因此自己也要把主的话丰丰富富的存在心里。同时,作父母的不要只在口头上教训儿女,而在行为上没有作好榜样。我曾见过一个孩子,当我见到他的时候他只有四,五岁。这个孩子非常的顽皮,非常的捣蛋,也令人非常的头痛。我想,他不是一个令人喜爱的孩子。但是几年后,也就是这个孩子八,九岁的时候,有人告诉我,这个孩子不一样了。这个孩子不再顽皮,不再捣蛋,也不再令人头痛。在上主日学时,当老师请孩子们翻开圣经某章某节时,其余的孩子都需要老师的帮助,才找得到经文在那里。但是,那个孩子不需要老师的帮助,自己就可以找到经文,不论是新约还是旧约。大家都觉得很奇怪,为什么这个孩子改变这么大?并且也收悉圣经。问了他之后,才知道原来这孩子的父亲每天早上五点钟起来,也把孩子叫醒,一起读圣经一起祷告,这样的情况维持了好几年。这父亲说,“这孩子顽皮我是知道,但是我不知道如何教导他,所以唯一的方法便是用神的话来教导他。我也不能给他什么,唯一能给的便是神的话。”弟兄姐妹,这是一个多美的见证,当我们用主的话来教导,管教儿女时。
亲爱的弟兄姐妹,无论你是为人父母的,还是为人子女的,都请记住父母和子女的关系是建立在基督里。作子女的在主里听从父母,作父母的照着主的教训和警戒养育子女。当父母和子女的关系都建立在基督里时,我们的家就会充满了基督的馨香之气。
现在,我邀请各位做子女的,请你抱一抱你的父母,并对你的父母说:“我爱你,我立志要在主里听从你。”同样的,也请作父母的请你抱抱你的子女,并对他们说:“我爱你,我立志要照着主的教训和警戒养育你。”让我们从今天开始,父母子女彼此立约,建立一个和神心意的基督化家庭。

Hasil Terjemahan:                                 


Ayah, Ibu, aku mencintaimu!


Firman: Efesus 6:1-4

            Saudara-saudari yang terkasih, aku ingin bertanya apakah kamu pernah mengatakan "Aku mencintaimu" pada ayah dan ibumu? Apakah kamu pernah memeluk orang tuamu?
Saat aku masih duduk di bangku taman kanak-kanak, guruku pernah mengajarkan kami sebuah lagu tentang berbakti kepada orang tua, dan sampai sekarang aku masih ingat lirik lagu itu:

Ibu di rumah, bekerja keras, memasak, menyapu, mencuci baju;
Sepanjang hari tanpa istirahat, pada malam hari masih harus menjahit.
Hari ini adalah hari berbakti, aku menyanyikan lagu-lagu aku cinta ibuku;
Sepasang tangan yang memberikan sekuntum bunga segar, aku ingin membuat ibu bahagia

Ayah bekerja sangat keras, melewati terpaan angin, kena terik panas matahari dan kehujanan
Sepanjang hari tanpa istirahat, pada waktu malam masih harus mengerjakan pekerjaan lain
Hari ini adalah hari berbakti, aku menyanyikan lagu-lagu aku cinta ayahku;
Memberikan sebuah pelukan kasih sayang dan mengatakan aku mencintaimu Ayah.


            Meskipun saat itu aku belajar lagu itu, bernyanyi untuk orang tuaku  pada hari berbakti, aku pikir hal itu membuat orang tuaku merasa sangat bahagia. Tetapi dalam proses bertumbuh dewasa, aku malahan membuat orang tuaku sedih. Karena dalam masa pertumbuhan itu, aku sering memberontak, dan dalam banyak hal aku sering tidak sependapat dengan pemikiran mereka. Aku selalu berpikir bahwa ini adalah gaya anak muda saat ini, dan pada saat yang sama aku juga merasa hal ini sangat mengesankan. Sampai aku membaca ayat ini, aku baru menyadari bahwa aku salah, dan sudah sangat keterlaluan.

            Hal tentang ini ditulis dalam kitab Efesus 6:1-4. Mari kita membuka Alkitab kita di perjanjian baru, dari  kitab Efesus 6: 1-4. Jika sudah menemukannya, ijinkan aku membacakannya untuk kalian.

           
Hai anak-anak, taatilah  orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. 


            Efesus ditulis oleh rasul Paulus.
Paulus pada tahun 62-64 AD dipenjara di Roma dan selama di penjara ia menyelesaikan surat ini. Paulus dalam Efesus 5: 22-33 mulai membahas mengenai hubungan suami istri, dalam Ef 6:1-4, Paulus mengajarkan hubungan antara anak dan orang tua, dan dalam Ef 6:5-9 ia mengajarkan tentang hubungan antara hamba dan tuan. Hari ini, kita hanya akan fokus membahas Efesus 6:1-4 untuk melihat bagaimana Rasul Paulus mengajarkan kita tentang hubungan antara anak dan orang tua.


            Efesus 6:1 berkata, “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”  Paulus pertama-tama mengajarkan anak-anak untuk menaati orang tua mereka. Kata “menaati” di sini punya arti  "mendengarkan", yaitu bersedia mendengarkan, dan menaati perintah. Paulus tidak hanya ingin kita mendengarkan dan menaati orang tua kita, namun juga ia menambahkan kata "di dalam Tuhan." Kata "di Dalam Tuhan" ini adalah inti atau dasar dari ketaatan. Paulus justru ingin kita dengan faktor dan kondisi seperti itu menaati orang tua kita. Dan "taatilah orang tuamu di dalam Tuhan" memiliki beberapa poin penting:  (1) karena kita mencintai dan takut akan Tuhan maka kita menaati orang tua kita, (2) dalam persekutuan kita dengan Dia, kita bergantung pada kekuatan Tuhan untuk menaati orang tua kita, (3) berdasarkan pengertian yang diberikan Tuhan, kita menaati orang tua kita. Namun jika orang tua menyuruh anak-anak mereka untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah Tuhan, misalnya kejahatan/dosa, maka hal tersebut tidak boleh diikuti. Perlu diperhatikan, kata “orang tua” dalam bahasa Yunani berasal dari satu kata. Jadi kita harus menaati orang tua tidak dengan terpisah melainkan sebagai satu kesatuan. Kita tidak boleh hanya menaati ayah tapi tidak menaati ibu, atau hanya menaati ibu tapi tidak menaati ayah. Paulus dalam kalimat terakhir berkata "karena haruslah demikian", yang berarti bahwa tidak hanya Alkitab yang mengajarkan kita untuk menaati orang tua, melainkan juga akal sehat manusia pada umumnya, karena memang sudah sepantasnya demikian.


            Saudara-saudari, orang tua tidak hanya melahirkan kita, namun juga berjerih lelah untuk membesarkan kita menjadi anak-anak yang patuh. Oleh karena itu patuh dan berbakti adalah tugas kita yang sudah seharusnya. Tradisi Tionghoa kita sangat menekankan pentingnya kata “berbakti”, sehingga kita memiliki banyak cerita tentang menaati orang tua, dan kisah-kisah ini telah menjadi nilai-nilai kita sebagai orang keturunan Tionghoa. Namun, jika kita perhatikan, kita dapat menemukan bahwa nilai-nilai ini secara berangsur-angsur mulai hilang dari masyarakat modern kita.
Kita bisa melihat bahwa di masyarakat modern sekarang orang tua yang ditinggalkan sendiri lebih banyak jumlahnya, dan juga panti jompo makin lama makin banyak. Aku ingat hari pertama datang ke Pontianak, aku naik pesawat dan bertemu dengan seorang pria yang dapat berbahasa mandarin. Aku sangat senang bertemu orang yang dapat berbahasa mandarin. Namun saat pria tua itu tahu bahwa aku seorang Kristen, ia langsung berdebat denganku. Ia mengatakan bahwa kekristenan bukan agama yang baik, karena kekristenan tidak memberbolehkan orang untuk sembayang kepada orang tua yang sudah meninggal, sehingga mencegah mereka berbakti kepada orang tua. Saudara-saudara, bagaimana menurutmu? Aku berkata kepada pria tua ini, sebenarnya ajaran Kristen selalu menekankan pentingya untuk menghormati orang tua, namun kita tidak harus menunggu sampai setelah orang tua meninggal baru berbakti, tetapi justru ketika orang tua masih hidup kita harus menghormati mereka. Pria tua itu memandangku cukup lama dan tidak bisa menjawab sepatah kata pun, lalu akhirnya ia berkata, kekristenan bukanlah agama yang baik.

           
Saudara-saudari, menjadi anak yang berbakti kepada orang tua adalah hal dasar yang seharusnya kita lakukan. Namun, jika saat orang tua masih hidup kita tidak memperlakukan mereka dengan baik melainkan setelah mereka meninggal baru membakar setumpuk dupa dan kertas, itu bukan namanya berbakti. Berbakti kepada orang tua tidak berarti kamu memberikan mereka makanan atau uang tetapi tidak pernah memperhatikan mereka. Aku pernah mendengar cerita seperti ini: seorang pria tua mempunyai tiga orang anak. Orang tua ini bekerja membanting tulang, makan irit untuk menghemat, untuk membesarkan ketiga anaknya dan menyekolahkan mereka. Ketiga anak ini lulus dari perguruan tinggi dan menemukan pekerjaan dengan gaji yang tinggi, lalu juga akhirnya menikah. Setelah anak-anak menikah, mereka pindah keluar dari rumah ayahnya. Setiap bulan, ketiga anak ini pulang untuk menemui ayahnya, membeli tas besar maupun tas kecil untuk ayahnya, dan juga memberikan uang saku yang cukup banyak untuk biaya hidup. Tetapi apakah ayahnya bahagia? Setiap kali anak-anak datang, ayahnya hanya duduk tenang, melihat anak-anak itu bergegas mengeluarkan barang-barang, memberikannya uang lalu dengan segera pergi. Hingga suatu hari, anak-anak menerima panggilan dari kantor polisi, dan baru mengetahui ayah mereka telah meninggal. Bahkan yang lebih menyedihkan adalah saat mereka memindahkan jenazah ayahnya ini, mereka baru menemukan bahwa di tubuh ayah mereka ada sarang semut. Setelah mengurusi pemakaman ayahnya tersebut, mereka baru menyadari bahwa setiap kali mereka memberikan uang dan barang kepada ayahnya, ayahnya tidak pernah menggunakannya. Yang dibutuhkan ayahnya bukanlah uang, namun perhatian dan kasih sayang mereka.

           
Ini adalah cerita yang sangat sedih, tapi itu adalah kisah nyata. Meskipun dalam kekristenan kita tidak diperbolehkan untuk sembayang kepada orang tua yang sudah meninggal, namun Alkitab sangat menekankan pentingnya anak-anak untuk menghormati dan menaati didikan orang tua. Mari kita melanjutkan membaca Ef 6:2-3 “Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” Dari kesepuluh perintah Allah yang diberikan di gunung Sinai, keempat perintah pertama berbicara tentang hubungan antara manusia dan Tuhan, sedangkan keenam perintah terakhir berbicara tentang hubungan antar sesama manusia. Dan juga perintah kelima dari kesepuluh perintah Allah adalah "Hormatilah orangtuamu", yang merupakan perintah pertama yang berbicara tentang hubungan antar sesama manusia. Dengan demikian, Allah juga sangat menekankan pentingnya hubungan dan sikap kita terhadap orang tua kita. Tidak hanya itu, perintah menghormati ayah ibumu ini juga merupakan satu-satunya perintah yang mempunyai janji. Menghormati ayah ibumu akan membawamu kepada jalan berkat, yang akan membuat hidupmu diberkati dan panjang umur. Namun sebaliknya, orang yang tidak menghormati ayah ibunya akan mendapatkan kutukan dan berumur pendek. "Berbahagialah" tidak hanya mengacu pada berkat materi, namun mengacu pada kondisi kehidupan seseorang yang penuh damai sejahtera. "Berbahagialah" mempunyai arti "umur panjang", dan orang-orang yang menghormati orang tua mereka hidup di bawah berkat Allah, berumur panjang, karena orang-orang yang demikian dapat mempunyai pengendalian diri dan pikiran yang jernih, yang merupakan hal-hal yang dapat membantu mereka memperpanjang hidupnya.


            Sebagai seorang anak, kita harus menghormati orang tua karena kita dilahirkan dari mereka dan mereka adalah sumber asal kita. Dan sebagai orang Kristen kita semua adalah anak-anak Allah. Dan Allah adalah sumber kita, yaitu Bapa kita di surga. Tentu saja, kita tidak hanya menghormati orang tua jasmani kita, tetapi kita harus lebih menghormati Bapa surgawi kita. Lalu bagaimana kita menghormati Bapa Surgawi kita itu? Satu-satunya cara adalah melakukan kehendak Bapa, ini adalah cara kita menghormati Bapa surgawi kita. Jika kita berkata Aku mengasihi Allah, tetapi tidak menghormati orang tua, hal ini bukanlah menghormati Allah. Tak seorang pun yang tidak menghormati orang tua dapat menjadi anak-anak yang baik di hadapan Bapa. Saat kita  menghormati orang tua kita, kita  menyenangkan Allah dan mendapatkan berkatNya.

            Menghormati orang tua adalah kewajiban dasar kita sebagai anak, tapi di sini rasul Paulus juga menyebutkan sebuah hal yang sangat penting, lihat Efesus 6: 4, "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Rasul Paulus tidak hanya menghimbau anak-anak untuk menghormati orang tua mereka, namun juga menghimbau bagaimana para orang tua seharusnya mendisiplinkan anak mereka. Hubungan antara orang tua dan anak adalah dua arah, bukanlah hanya usaha satu pihak. Ayat ini berkata, "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu," “membangkitkan” dan “amarah” mengacu pada emosi, kemarahan. Jika orangtua terlalu keras, tidak sepantasnya atau terlalu berlebihan dan dalam mendisiplin anak, hal itu justru akan membangkitkan amarah anak-anak, justru membuat mereka tidak taat pada orang tua.
Paulus di sini membujuk orang tua “tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan”, “mengajar” mengacu pada didikan pengetahuan, dan “nasihat” adalah menggunakan perkataan untuk menegur, mengawasi dan memperingati anak-anak. Maksud Paulus di sini adalah agar orang tua menggunakan ajaran dan nasihat Tuhan untuk mengajar, menasihati dan membesarkan anak-anak mereka.

            Dalam mendisiplinkan anak-anak, seringkali ada dua jenis tipe ekstrem, yaitu terlalu keras (otoriter), atau terlalu lemah. Semua orang tua pastinya menginginkan semua anaknya berhasil, sehingga mereka menyuruh anak-anak mereka mengikuti berbagai kursus atau kelas seni. Maksud dari orang tua adalah ingin anak-anak belajar dengan baik, namun justru malah seringkali berakibat sebaliknya. Ada dua hal yang sebaliknya terjadi yaitu : memberikan tekanan besar kepada anak-anak, banyak anak-anak bunuh diri karena tidak tahan terhadap tekanan; hal lainnya adalah menyebabkan anak memberontak. Aku belum menjadi orangtua, tapi aku akan segera menikah dengan pacarku. Aku ingat saat kita berbicara tentang masa depan kita, tentang bagaimana mendidik anak-anak kita. Karena kami mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, ada beberapa pemikiran yang agak berbeda. Tentu saja, aku juga ingin anakku kelak mempunyai prestasi akademis yang bagus. Tapi pada waktu itu pacarku mengatakan sesuatu yang membuatku terkesan: "Jika anak kita mendapat nilai 98, kita dapat bertanya “kenapa hanya 98?” Kita hanya melihat 2 point yang kurang, namun tidak melihat hasil nilai 98 dari kerja kerasnya". Perkataan pacarku ini membuatku merenung dan berpikir apakah kelak anakku akan lebih mencintai papa atau mamanya.

            Jadi, saat orang tua mendidik anak dengan keras dan ketat, justru dapat membuat anak-anak menjadi tidak dapat berbakti. Namun sebaliknya, sikap yang lemah lembut dapat membuat anak-anak menghormati dan bersedia mematuhi orang tua mereka. Akan tetapi, sikap lemah lembut bukan berarti lemah, atau kurangnya disiplin. Sikap lemah adalah terlalu memanjakan anak, orang tua memberikan semua yang diinginkan anak, ketika anak-anak berbuat kesalahan, orang tua juga tidak menegur. Kurangnya disiplin kepada anak juga tidak baik, anak tidak pulang ke rumah, atau jam berapa pulang orang tua juga tidak peduli. Anak-anak di luar melakukan apa, bergaul dengan siapa saja, orang tua juga tidak tahu. Baik didikan yang terlalu keras atau yang terlalu lemah keduanya dapat menjatuhkan anak.

            Oleh karena itu, Paulus mengajar orang tua menggunakan, "ajaran dan nasihat Tuhan" untuk mendidik anak-anak. Mendidik dan mengajar anak haruslah berdasarkan apa yang diajarkan Alkitab.  Membesarkan anak-anak di dalam Tuhan adalah tanggung jawab rohani orang tua yang tidak boleh ditinggalkan. Orang tua harus mengajar anak-anak tentang perintah Tuhan, dan orang tua juga harus menghidupi perintah Tuhan itu sendiri. Sementara itu, sebagai orang tua juga tidak boleh hanya mengajarkan anak-anak mereka melalui perkataan saja tetapi tidak memberi contoh yang baik dalam perbuatan. Aku pernah bertemu dengan seorang anak, pada saat itu ia baru berumur empat atau lima tahun. Anak itu sangat nakal dan membuat orang lain pusing tujuh keliling. Aku berpikir bahwa dia bukanlah tipe anak yang disukai orang. Tetapi beberapa tahun kemudian, anak ini berumur delapan atau sembilan tahun, ada seseorang yang memberitahuku bahwa anak ini sudah berubah. Anak itu tidak nakal lagi, dan tidak membuat orang lain pusing tujuh keliling lagi. Di sekolah minggu, ketika guru meminta anak-anak membuka bagian tertentu dari Alkitab, anak-anak yang lain membutuhkan bantuan guru baru dapat menemukan bagian tersebut. Namun, anak ini tidak memerlukan bantuan guru, dia dapat dengan sendirinya menemukan bagian Alkitab yang dimaksud, baik itu di Perjanjian Baru atau Perjanjian Lama. Kami semua merasa sangat aneh, kenapa anak ini berubah begitu banyak? Dan juga mengerti Alkitab. Setelah bertanya kepadanya, aku menyadari bahwa ayah dari anak itu setiap hari jam 5 pagi bangun dan juga membangunkan anak ini, lalu mereka bersama-sama membaca Alkitab dan berdoa. Situasi ini berlangsung selama beberapa tahun. Sang ayah berkata, "Aku tahu anak ini nakal, tapi aku tidak tahu bagaimana mengajarinya, sehingga satu-satunya cara adalah dengan menggunakan Firman Allah untuk mengajarinya. Aku juga tidak bisa memberikan dia apa-apa, kecuali memberikannya Firman Allah. Saudara.-saudari, cerita ini adalah kesaksian yang sangat indah, yaitu menggunakan Firman Tuhan untuk mengajar dan mendisiplinkan anak-anak.

            Saudara-saudari terkasih, baik kamu seorang orang tua atau seorang anak, ingatlah bahwa hubungan  antara orang tua dan anak-anak didasarkan dalam Kristus. Anak-anak yang hidup di dalam Tuhan mematuhi orang tua, dan orang tua mendidik anak dengan ajaran dan nasihat Tuhan. Ketika hubungan antara orang tua dan anak-anak didasarkan pada Kristus, maka rumah tangga kita akan dipenuhi dengan kemuliaan Kristus.

            Sekarang, aku mengundang para anak untuk melakukannya, silakan kalian memeluk orang tuamu, dan berkata kepada mereka “Aku mencintaimu, aku bertekad untuk mematuhimu dalam Tuhan." Hal yang sama juga, silakan para orang tua memeluk anak kalian, lalu berkata kepada mereka: "Aku mencintaimu, Aku bertekad untuk mendidikmu dengan ajaran dan nasihat Tuhan". Mari kita mulai dari sekarang, orang tua dan anak-anak saling membuat perjanjian, menciptakan sebuah keluarga Kristen yang menyenangkan hati Tuhan.


Menterjemahkan dokumen/artikel dalam bahasa Inggris/Mandarin ke bahasa Indonesia. Hubungi Novi di 0812 9813 3293 . 

0 komentar:

Post a Comment