Removed

My blog has moved!

You will be automatically redirected to the new address. If that does not occur, visit
http://myjourneystories.com
and update your bookmarks.

Pages

Friday, October 26, 2012

Wake up!!! This life is short


        Beberapa waktu ini Tuhan terus mengingatkan kepada saya tentang arti hidup manusia di dunia yang fana ini. Kebanyakan dari kita karena kesibukan sehari-hari mungkin tidak sempat atau lupa untuk merenungkan makna hidup ini yang sesungguhnya. Firman Tuhan berkata bahwa dunia ini hanyalah tempat sementara untuk manusia dan manusia hanyalah seseorang asing di dunia ini seperti yang tertulis dalam Ibrani 11:13 "Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini”. Setiap orang cepat atau lambat pasti akan meninggalkan dunia ini untuk menuju kekekalan. Dan salah satu cara untuk menuju kekekalan adalah dengan kematian.
        Kematian cepat atau lambat pasti akan dihadapi oleh semua orang baik miskin atau kaya. Hanya saja apakah kita sudah siap untuk kembali kepada Bapa? Bagi orang-orang yang percaya kepada Yesus, kematian seharusnya bukanlah sesuatu yang menakutkan tapi sebaliknya suatu sukacita yang besar karena kita kembali kepada Bapa di surga “Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” (1 Tes 4:14). Kematian membawa kita kepada rumah kita yang kekal di surga di mana tidak ada lagi air mata, kesedihan, dan penderitaan. Bukankah itu seharusnya menjadi suatu kabar baik? “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Wah 21:14). Namun sesungguhnya yang membuat orang-orang Kristen tetap bersedih atas kematian orang-orang yang dikasihi adalah penyesalan pribadi dan kenyataan bahwa orang yang dikasihi tidak dapat bersama-sama dengan mereka di dunia ini.
        Kita sering diingatkan Tuhan tentang betapa singkatnya hidup manusia di bumi lewat kematian orang-orang terdekat kita. Saya kembali diingatkan Tuhan tentang betapa singkatnya hidup manusia di bumi melalui peristiwa kematian nenek saya yang biasa saya panggil Ama. Dulu saya sempat mengira kalau saya tidak akan menangis dan bersedih berlarut-larut jika nenek saya meninggal. Tetapi apa yang saya alami sungguh kebalikannya. Saya sangat sedih, menyesal dan terpukul dengan kematian Ama saya. Namun di sisi lain saya merasa bersukacita karena Ama saya di detik-detik terakhir hidupnya sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, dan Ama sudah menerima keselamatan kekal. Saya sangat yakin Ama sudah berada di surga dengan Tuhan Yesus dan ia sekarang sudah jauh lebih bahagia di sana.
        Ama meninggal pada hari kamis, 6 Sept 2012 karena komplikasi. Di hari yang sama sekitar jam 12 siang Ama sudah dibaptis dengan minyak urapan. Saya pun menghadiri pembaptisan ama tersebut. Setelah selesai didoakan, Ama yang saat itu nafasnya sudah sangat sesak masih sempat berusaha untuk memberikan senyuman yang terbaik, senyum yang penuh sukacita dari seorang nenek yang sudah berusia 88 tahun di dalam keadaaan kritis. Ama tersenyum karena ia merasa senang dan bersukacita karena ia sudah dibaptis. Ternyata itu adalah senyuman terakhirnya karena pada hari yang sama pada malam harinya Ama dipanggil ke rumah Bapa. Saat itu saya baru saja selesai mengajar. Tepat pukul 8 malam saya menerima kabar kalau Ama sudah pergi untuk selama-lamanya. Saya tidak dapat menahan air mata yang terus mengalir. Saya dan mama bergegas ke rumah sakit Omni tempat Ama dirawat, dan setibanya kami di sana kami melihat jenazah Ama terbaring di tempat tidur kamar rumah sakit. Saya menangis... Hati saya terasa sangat sakit dan kehilangan. Begitu banyak penyesalan yang ada di dalam hati saya. Saya menyesal karena tidak bersama-sama dengan Ama sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Saya menyesal karena saya tidak sering menghabiskan banyak waktu bersama dengannya selama ia masih hidup. Setelah ia sudah tiada, penyesalan itu membuat saya merasa tambah sedih. Salah satu hal yang paling saya sesalkan juga adalah Ama tidak dapat menghadiri pernikahan saya walaupun kami telah membelikannya bahan kain untuk gaun yang akan ia pakai.  
 
IMG_0116 
        Ama kini sudah tiada, namun sulit bagi saya untuk mempercayainya. Walau Ama sudah pergi untuk selamanya, namun ia tetap hidup di hati dan memori saya. Setelah saya merenungkan semua ini, saya mengambil kesimpulan bahwa seseorang bisa menangis dan begitu terpukul dengan kematian orang yang dikasihinya adalah karena penyesalan. Penyesalan atas banyak hal yang belum sempat dilakukan untuk orang yang dikasihi. Oleh karena itu kita harus mengasihi dan memberikan waktu yang terbaik untuk orang-orang terdekat yang mengasihi kita yaitu keluarga kita. Jangan sampai kita menyia-nyiakan orang yang kita kasihi selama mereka masih hidup namun menyesal ketika mereka tiada. Karena pada saat itu penyesalan kita sudah tidak berarti apa-apa lagi.
        Di atas kesedihan yang saya alami, saya sungguh merasakan campur tangan Tuhan di dalam setiap proses yang ada. Tuhan tidak pernah meninggalkan saya ketika saya berduka. Penghiburan dari manusia terbatas namun penghiburan dari Yesus itu sempurna. Satu hal yang saya yakini kepergian Ama adalah kehendak dan kedaulatan Tuhan untuk suatu maksud yang baik bagi anak-anakNya. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28). Walau Ama kini sudah tiada, namun kenangan yang indah dan sifat humorisnya akan selalu berkesan di hati saya. Saat peti diturunkan ke tanah dan para petugas peti mulai menguburkan Ama, dalam hati saya berkata “Bukan selamat tinggal, tapi sampai jumpa di surga Ama.”

0 komentar:

Post a Comment